Pernah ada kisah netizen menyerang sikap arogan seorang siswi cantik yang diketahui bernama Sonya Depari dan dianggap sok jagoan dan melebihi jenderal polisi. Padahal, seorang personel Polantas bernama Ipda Perida Panjaitan secara santun memeringatkan siswi ini untuk tidak konvoi di jalanan Kota Medan karena membuat kemacetan hebat.

Berawal dari kisah sekelompok siswi Medan jadi perbincangan hangat di sosmed. Ceritanya usai UN, mereka melakukan konvoi, seperti layaknya para lulusan SMA jaman dulu yang merayakan terbebasnya dari sekolah dan menjadi “anak kuliahan”. Rupanya saat asik-asik konvoi, mereka dicegat polisi untuk ditilang. Salah satu siswi berbalik mengancam sambil membawa nama-nama beking jenderal.

Kita belajar sebuah contoh kasus leadership luar biasa. Saya tidak menyoroti Sonya Depari tetapi justru cara Ipda Perida Panjaitan yang dengan tenang dan sabar memberi penjelasan  tanpa merasa terintimidasi. Inilah contoh leadership yang patut kita contoh.

Kempemimpinan bukan tanggung jawab atasan. Setiap orang memiliki kewajiban untuk memainkan peranan  yang menunjukkan kualitas kepemimpinan. Baik kepemimpinan negara, masyarakat, rumah-tangga, kepemimpinan moral; yang mencakup juga kepemimpinan laki-laki maupun perempuan.

Oleh karena itu, tak seorang pun di dunia ini lepas dari tanggung jawab kepemimpinan, minimal terhadap dirinya sendiri. Setiap orang mengemban amanah, dan setiap amanah pasti akan dimintai pertanggungjawabannya.

Saya ingat ketika belajar leadership dari seorang pemimpin agama yang diceritakan oleh ayah saya. Ia mengatakan hal-hal yang akan saya ingat seumur hidup. Katanya begini, pemimpin itu ada banyak tipenya. Kalau mau tahu, tipe yang paling dibenci sepanjang sejarah ada empat. Pemimpin baik diri sendiri maupun organisasi memiliki peranan penting. Jadi ingat kata Spiderman “Dengan kekuatan besar datang tanggung jawab besar”.

Gaya Tuan Tanah

Kadang setinggi apapun jabatan seseorang, jika gayanya hanya menonjolkan kekuasaan, bukan menjadi amanah, malah jadi bahan gossip. Di jaman penjajahan tuan tanah memang dikonotasikan sebagai orang yang berkuasa dan tidak mau ikut bekerja keras. Atasan yang sok kuasa, jarang yang mampu untuk membangun kinerja team secara optimal.

Gaya NATO

Leader yang ‘walk the talk’ lebih dihargai daripada yang omdo (omong doing). Siapapun akan mampu menilai gaya leader yang mampu ‘hands on’. Bisa mengatasi masalah dilapangan beda dengan yang lebih jago teori.

Kelemahan leader gaya NATO (No Action Talk Only) adalah ketidakmampuan mereka memahami situasi. Cenderung percaya anak buah yang pandai ‘membisikkan’ informasi, lalu dengan penuh percaya diri memberi instruksi ke anak buah lainnya, tanpa ada dasar yang kuat. Contoh lain menyuruh bawahan berdisiplin sedangkan dirinya sendiri bertindak sesuka hati, hal itu sangat menyebalkan bagi bawahan.

Tai Chi Master

Tai Chi Master adalah film seni bela diri 1993 Hong Kong disutradarai oleh Yuen Woo-ping, dan diproduksi oleh Jet Li, yang juga membintangi film tersebut. Film ini dirilis di Hong Kong pada 18 November 1993.  Gaya khas Tai Chi Master adalah dengan memanfaatkan energy lawan untuk menghindari serangan. Ada leader yang hobinya melempar tanggungjawab kepada bawahan.

Padahal fungsi atasan adalah untuk memastikan bahwa setiap orang yang ada dalam unit kerja yang dipimpinnya dapat menjalankan perannya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Jika hasilnya tidak sesuai harapan, maka kewajiban atasan untuk mengambil tanggungjawab agar bisa mengambil langkah-langkah perbaikan.

Gaya Grammy Winner

Malam upacara penganugerahan Grammy yang pertama diselenggarakan pada tanggal 4 Mei 1959, untuk menghormati prestasi musik oleh artis untuk tahun 1958.   Menarik ketika penghargaan dianugerahkan kepada sang artis, seolah beliaulah yang paling berjasa.

Padahal, tidak ada prestasi tinggi yang kita buat sendirian. Pasti ada kontribusi orang lain dalam setiap pencapaian tinggi yang kita raih. Begitu pula dengan tim. Leader dengan gaya Grammy Winner sering meng-claim prestasi anak buah sebagai prestasi mereka. Awas, mengklaim pencapaian team seolah-olah prestasi atasan semata sungguh berlawanan hati nurani.

Leadership telah berubah

Tahun 80an beberapa peneliti  seperti MacGregor Burns dan Bernard M Bass tertarik pada bagaimana pemimpin melakukan transformasi dan perubahan organisasi. Hal tersebut melahirkan teori baru dalam kepemimpinan yang disebut Transformational Leadership dan Transactional Leadership.

Transaksional

Dalam transaksional leadership kita berasumsi orang termotivasi oleh reward dan punishment. Orang bekerja dengan baik jika ada komando yang jelas. Struktur organisasi juga dibuat untuk mempertegas otoritas.  Yang menarik adalah ketika semua orang sepakat dengan tugas, tanggung jawab, kompensasi, isentif, maka mereka menyerahkan semua otoritas kepada atasan mereka.

Dalam prakteknya, jika semua diukur berdasarkan transaksional, untung-rugi, nyaman-tidak nyaman, boleh-tidak boleh, akan menciptakan bumerang bagi organisasi. Tidak semua orang akan bertahan pada gaji yang sama, posisi yang sama. Ketika ada tawaran lebih diluar sana, mereka dengan mudah akan pindah. Transactional Leadership tidak menekankan pada engagement, sehingga keterikatan kepada leader cenderung lemah.

Transformational

Kesadaran tugas pentingnya memotivasi orang. Transformational juga lebih berfokus pada tim atau organisasi menghasilkan karya yang lebih baik. Kepemimpinan transformasional dalam hal bagaimana pemimpin mempengaruhi untuk membangun rasa percaya, mengagumi dan saling menghormati.

Transformational leaders mampu meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya tugas. Membangun rasa memiliki dari dalam, mengutamakan kepentingan organisasi diatas pribadi.  Yang menarik transformational leader membangkitkan emosi yang kuat dan menyebabkan para pengikut setia dengan pemimpin.

TRANSFORMATIONAL TRANSACTIONAL

Tujuan Membangun spirit perubahan yang lebih tinggi Mempertahankan status quo

Etika & Moralitas Dibangun dengan serius. Karena setiap tugas harus didukung oleh etika dan moral Lebih fokus kepada apa yang tertera pada peraturan tertulis.

Lama memimpin Leader memiliki pengikut fanatik. Kemana leader pergi, selalu didukung pengikutnya. Pengikut akan selesai menjadi pendukung setelah masa jabatan habis.

Mau memimpin dengan baik, mari kita renungkan kata-kata Abraham Lincoln. “Commitment is what transforms a promise into reality”. Abraham Lincoln

Bagaimana dengan gaya kepemimpinan para negarawan kita? Anda nilai sendiri.


Salam pencerahan,

Tom MC Ifle


http://topcoachindonesia.com/pelajaran-leadership-sonya-depari/


Picture source : by google