Indonesia sebagai negara agraris masih menempati peringkat 70-an dunia di bidang tingkat ketahanan pangan menurut Dekan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Dr Drajat Sudrajat di Bandung.

“Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk meningkatkan Ketahanan Pangan karena memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya dan pasar yang potensial,” kata Drajat Sudrajat. Ketahanan pangan tercipta ketika masyarakat bisa mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan harganya terjangkau, yang menjadi dasar hidup yang aktif dan sehat.

Berdasarkan data Gabungan Industri Makanan, impor dari Malaysia capai 50 persen dari total impor makanan dan minuman. Impor 2011 lalu dari ASEAN mencapai US$ 1 miliar dan hampir setengahnya atau US$ 500 juta produk dari Malaysia.

Ketersediaan bahan baku di dalam negeri juga harus lebih ditingkatkan. Sebab, 12 persen dari Rp 700 triliun pasar makanan dan minuman Indonesia berasal dari aktivitas impor bahan baku makanan minuman. Pemerintah berharap tahun ini ekspor dan impor kita bisa lebih berimbang.

MEA, Berkah? Atau Mimpi buruk?

Sejak bulan Januari 2016 lalu ASEAN resmi membuka pasar bebas yang dikenal dengan sebutan MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) atau ASEAN Economic Community. Pembukaan pasar bebas ini berarti bahwa setiap barang dan jasa nantinya akan bebas keluar masuk antar negara di ASEAN. Terutama pembangunan integrasi ekonomi agar bisa mengurangi biaya transaksi perdagangan dan peningkatan fasilitas binis serta daya saing ekonomi UMKM.

Tentu perubahan kebijakan antar negara-negara ASEAN yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja sangat membantu peningkatan kualitas ekonomi masing-masing negara. Meski demikian beberapa pasar seperti China yang mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas tentu menjadi salah satu pesaing yang tidak boleh dipandang sebelah mata.

Berdasarkan kebijakan ASEAN, Pasar bebas kali ini terfokus pada 12 sektor yang menjadi prioritas yaitu berupa 7 sektor barang meliputi industri pertanian, peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Serta sektor jasa meliputi pariwisata, teknologi informasi, logistik, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.

Tujuan utamanya tentu untuk menciptakan pasar tunggal berbasis produksi berdaya saing tinggi, makmur dan lebih stabil dengan integritas regulasi perdagangan. Hal ini juga mengindikasikan kebebasan pelaku usaha untuk melakukan investasi, penambahan fasilitas serta bersaing lebih luas lagi.

Bagi UMKM di Indonesia, keberadaan MEA tentu menjadi salah satu momentum untuk meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa yang diberikan. Karena secara langsung akan dihadapkan dengan pasar yang lebih luas dari sebelumnya. Tentunya dengan pemangkasan anggaran distribusi yang sangat membantu delivery barang lebih cepat dan murah.

Tantangan UKM

Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku UKM adalah kualitas barang yang dihasilkan tidak standar.  Artinya kebanyakan kualitas barang yang dihasilkan dalam negeri sering kali lebih rendah dibandingkan barang impor.

Biaya produksi yang tinggi.  Pada tahap awal industrialisasi membutuhkan banyak modal dan capital yang dibutuhkan juga banyak. Apalagi jika harus mendatangkan tenaga ahli dibidangnya.  Akhirnya, harga tidak bersaing, bahkan barang impor lebih murah daripada produksi dalam negeri.

Efisiensi produksi.  Setiap kali kita memproses sesuatu, seringkali terjadi pemborosan yang tidak diperhitungkan. Faktor pengetahuan akan tata cara pengelolaan bisnis yang baik akan meningkatkan kemampuan pelaku dalam menciptakan efisiensi optimal.

Dampak Positif MEA Bagi UMKM di Indonesia

Jika ditanggapi dengan benar dan langkah yang tepat, tentu bisa menjadi loncatan baik untuk perekonomian di Indonesia. Berikut ini berbagai dampak positif MEA bagi UMKM di Indonesia :

Tenaga ahli terampil bisa terserap lebih baik di pasar luar negeri

Ketersediaan barang dan jasa lebih murah karena ada pemangkasan biaya import barang jadi atau barang baku sebelum diolah di dalam negeri.

Proses produksi lebih murah karena bahan baku dan mesin produksi lebih mudah didapatkan.

Peluang wirausaha baru sangat tinggi karena pasar bebas memberikan jangkauan produk lebih luas, relasi bisnis lebih luas dan pengembangannya yang semakin mudah dilakukan.

Dampak Negatif MEA Bagi UMKM di Indonesia

Namun jika UMKM Indonesia tidak melakukan persiapan sejak dini dan tidak tepat dalam melakukan penanganan bisa jadi justru memperburuk ekonomi Indonesia Itu sendiri. Meski kecil kemungkinannya berikut ini dampak negatif MEA yang mungkin terjadi pada UMKM Indonesia.

Tentu ada bangsa yang diuntungkan karena pasar bebas ini. Sebagai contoh, kebutuhan tenaga trampil industri perminyakan di Indonesia sangat besar, namun SDM negeri ini yang menguasai minyak cukup terbatas.

Alhasil bangsa asing akan masuk ke Indonesia untuk memenuhi kekosongan lapangan pekerjaan itu. Hukum rimba akan bersaing, siapa yang berkompeten, dialah yang akan diambil.

Industri kecil yang memiliki daya saing lemah akan semakin tergeser karena semakin banyak produk dengan jenis sama yang lebih murah. Contoh kasus produk mainan dari China yang dijual sangat murah di Indonesia.

Sektor perdagangan akan langsung head to head baik yang besar dan yang kecil secara langsung. Alhasil mereka yang memiliki modal terbatas, sumberdaya terbatas tidak bisa langsung bersaing jika tidak dibarengi kreatifitas yang lebih baik.

Jauh dari pada itu, ada peluang yang sebenarnya sangat besar dan bisa dimanfaatkan oleh UMKM di Indonesia. Pertama, sektor perdagangan E-Commerce atau bisnis online sangat terbuka luas. Kedua, sektor jasa sangat mungkin berkembang dengan adanya kebutuhan industri semakin tinggi. Misalnya jasa pengiriman barang, jasa antar jemput dan lain sebagainya. Ketiga, hal yang tidak boleh terlupakan adalah bahwa Indonesia adalah negera kepulauan yang memiliki jutaan tempat wisata menarik yang bisa dieksplorasi.

Wajib dilengkapi oleh UKM

Berapa banyak UKM kita memiliki pemahaman dasar kewirausahaan, sehingga bukan hanya memiliki keberanian untuk memulai sebuah bisnis namun juga mampu membuat tingkat keberhasilan yang tinggi.

Wirausaha sadar etika. Tanggung jawab pengusaha selain mengembangkan usaha, harus pula mampu membangun masayarakat sekitar dan menciptakan lapangan pekerjaan. Pemahaman dasar-dasar pengetahuan bisnis mulai dari Sales, Marketing, Operation, System, Technology serta Finance secara terstruktur.

Kemampuan untuk merekrut, memotivasi, mendidik, mengembangkan moral serta kerjasama team. Menjadi Leader yang efektif, menciptakan visi, misi, budaya dan sense of awareness peserta terhadap aspek etika dalam kewirausahaan, meningkatkan sense of responsibility untuk berperan serta membangun masyarakat, memperkuat entrepreneurial insight melalui proses pembelajaran  dan berbagi.

UKM harus untuk mampu membangun sumber-sumber keunggulan yang sustainable dalam menjalankan wirausahanya serta memberikan peluang kepada para peserta untuk mengevaluasi perjalanan bisnisnya dalam konteks yang lebih luas.

Jika UMKM bisa terus menempa dirinya menjadi lebih baik dalam hal kapasitas dan strategi bisnis, tentu keberhasilan bisa diraih lebih mudah. Ingatlah bahwa UMKM adalah salah satu bibit terbaik yang akan menumbuhkan ekonomi Indonesia dengan cara lebih stabil.


Salam pencerahan,

Tom MC Ifle


http://topcoachindonesia.com/menangkan-pertarungan-mea-bagi-umkm-indonesia/


Picture source : by google