Manajemen tidak bisa menghandel pertumbuhan perusahaan. Meeting rutin sering kali menghasilkan keputusan langkah-langkah yang tak berdampak signifikan sebagai solusi bisnis. Karyawan tidak termotivasi, tidak merasa memiliki, dan tugas-tugas hanya dilaksanakan saat ditanyakan terus menerus.

Kalau tak ditanyakan hampir dipastikan tidak dikerjakan. Intinya, integritas karyawan saat itu rendah. Itulah sederet problem ruwet bisnis yang dialami oleh Robert T Prambada, business owner CV Perkasa Utama, sebelum mengikuti sesi coaching di PT Top Coach Indonesia (TCI). CV Perkasa Utama adalah perusahaan yang bergerak di bisnis bahan dan alat bangunan.

Menurut Robert, dulu, bisnisnya acap ‘kacau’ karena langkah yang sudah ditetapkan, sering tidak jelas: apakah dilaksanakan atau tidak. Evaluasi terhadap kinerja perusahaan pun seringkali tidak akurat, sehingga menimbulkan kaburnya masalah serta saling menyalahkan antar departemen. “Yang parah, tidak ada upaya untuk memperbaiki kinerja diri sendiri, tim, maupun departemen. Kalau tidak ada teguran langsung, mental inovasi dan produktif saat itu rendah,” ungkapnya.

Related Article : Tips Memilih Bisnis Coaching di Indonesia yang Berkompeten

Kini, ayah dari Steven (9th) dan Selin (6th) bisa bernafas lega. Sejak mendapat sentuhan pelatih bisnis profesional Master Coach Tom MC Ifle dari TCI, suami Deby ini mengaku banyak hal yang berubah drastis di perusahaannya. CV Perkasa Utama mempunyai: visi dan misi, serta core value yang jelas; alat ukur KPI (Key Performance Indicator) yang cukup lengkap; dan keyakinan yang lebih untuk meraih kemajuan lebih besar ke depan.

Perusahaan yang berkantor pusat di Jl. KH Agus Salim Ruko THD Blok D No 14, Semarang, Jawa Tengah, ini belakangan juga banyak membenahi basic management. Yakni, dengan menyusun SOP maupun penggolongan karyawan, misal, mengadakan kick off target tahunan. Perusahaan ini juga sudah banyak dan masih berjalan improvement dengan metodologi 6 sigma proses bisnis yang ada. “Saat ini kami bisa menyelesaikan masalah yang timbul berfokus ada solusi dan hasil. Masalah yang timbul secara berulang bisa kami lock, untuk kami aplikasikan mistake proofing, agar masalah tidak timbul berulang,” tambah Robert.

Menurut pria enerjik ini, suasana kerja di perusahaannya juga menjadi sangat kondusif, konflik hampir tidak pernah terjadi lagi. Selain itu, para leaders sudah bisa membuat planning yang selaras dengan visi. Dan, yang tak kalah penting, behaviour karyawan mulai menjadi sama satu platform sesuai core value. Saat ini, Robert mulai menyusun standarisasi rekrutmen dan training karyawan, agar terjadi regenerasi ataupembibitan pimpinan yang berkesinambungan.

Membangun Tiga Bisnis

Memulai sejak tahun 1991, kini Robert telah mengembangkan sayap bisnisnya menjadi tiga bidang bisnis. Pertama, bidang produksi berdiri sejak tahun 2004. Pabrik milik Robert memproduksi beberapa produk unggulan, seperti tangki air “Pennyu” dan biogas digester ”Pennyu”. Biogas digester “Pennyu” adalah alat untuk memproduksi atau mengolah gas bio dari bahan kotoran ternak dan sampah. Gas yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk memasak. Juga mengolah gas metana yang dapat menyelamatkan lingkungan dari merusakan lapisan ozon serta menimbulkan pencemaran bau. Lokasi produksinya di Jawa Tengah dan Surabaya, Jatim .

Menurut Robert, dengan garansi kualitas yang diberikan pada produknya, maka wilayah pemasaran CV Perkasa Utama sudah mampu menjangkau pasar nasional. Sementara untuk produk biogas digester “Pennyu” sudah dipakai sebagai standar di berbagai proyek, baik swasta maupun pemerintah.

“Fokus kami untuk coaching selama ini adalah untuk memastikan semua lini perusahaan siap untuk melaju lebih kencang. Menurut pengusaha muda ini, memiliki coach adalah suatu kebutuhan dan keharusan, jika kita memang mempunyai passion untuk mencapai potensi terbaik kita. “Setelah saya dan tim manajemen alami, hampir mustahil bila kita bisa mencapai impian besar kita tanpa dampingan seorang business coach yang andal”

Related Article : Membangun Bisnis Keluarga Generasi Ketiga

Bidang bisnis kedua milik Robert adalah distributor yang dibangun sejak Ia mendistribusikan bahan bangunan dan power tools . untuk bisnis ini ia memiliki 10 cabang yang siap melayani. Bidang bisnis yang ketiga adalah toko ritel bahan bangunan yang ia bangun sejak tahun 1991. Dalam menjalankan tiga bidang bisnis ini, menurut Robert, perusahaannya memiliki visi dan misi yang selalu dijunjung tinggi. Visinya adalah meningkatkan kesejahteraan bersama melalui produksi, distribusi, penjualan retail bahan bangunan bertaraf Internasional.

Sedang core value yang ia bangun adalah: ownership, integritas, totalitas, produktif, dan inovatif. “Hingga saat ini, kami menjalankan tiga bidang bisnis ini dengan jumlah karyawan 400 an orang,” ujarnya.

Langkah Penyelamatan

Perubahan positif secara drastis yang terjadi pada CV Perkasa Utama, diakui Robert, tak terlepas dari adalah pelatih bisnis (business coaching). Ada dua alasan mendasar yang diungkapkan pria murah senyum ini ketika bisnisnya harus memiliki pelatih. Pertama, ketika sebagai pimpinan tunggal di bisnisnya, ia merasa perlu untuk sharing tentang hal-hal yang terjadi dalam manajemen dan memajukan perusahaannya.

“Setelah mencari tahu, ternyata metoda coaching adalah sangat tepat agar saya dapat meningkatkan kemampuan manajemen, maupun memimpin. Dan, ternyata semua orang sukses mempunyai coach atau pelatih, baik profesi atlet, negarawan maupun pengusaha,” ujarnya.

Alasan kedua, menurutnya, kehadiran business coach sangat membantu dalam pemantapan karakter pribadi, menghilangkan mental blok, serta meningkatkan kemampuan business owner dalam mengelola perusahaan agar dapat bersistem. Pada gilirannya, business coaching akan menumbuhkembangkan perusahaan. “Melalui business coaching, tim manajemen dan seluruh karyawan dapat melihat potensi peluang yang dapat diraih perusahaan masih sangat besar,” tambahnya.

Robert mengisahkan, sebelum memiliki pelatih bisnis, perusahaannya sulit berkembang lantaran ‘dihantam’ tiga persoalan mendasar. Pertama, permasalahan terjadi secara berulang , seperti lingkaran yang tak berujung. Kedua, penyelesaian masalah cenderung mengedepankan emosi. Ketiga, fokus pembahasan lebih pada masalah yang terjadi, bukan pada solusi. Tiga hal ini menjadi ‘hatu’ bagi bisnisnya.

Related Article : Rahasia Cara Penting Akuisisi Bisnis yang Sudah Berjalan

Sebelum memiliki pelatih bisnis, Robert mengaku sudah melakukan langkah-langkah penyelamatan bisnisnya. Namun demikian, paya ini sungguh melelahkan karena selalu berhadapan dengan masalah yang mirip, tetapi terjadi di departemen, waktu, dan karyawan yang berbeda.

Manajemen perusahannya juga kerap membuat kebijakan baru. Permasalahan yang timbul langsung diputuskan pola kebijakan baru. Akibatnya, seringkali tumpang tindih dengan kebijakan lama atau bahkan bertolak belakang, sehingga seringkali membingungkan.

“Saya sering mengikutkan staf untuk seminar, training, tanpa melihat kebutuhan riil perusahaan, Hasilnya, staf yang diikutkan tidak membawa pulang manfaat untuk perusahaan. Sementara masalah tetap saja selalu timbul dan ujung-ujungnya dalam pencarian solusi – menjadi suasana “panas” da saling menyalahkan.

Dulu, saya juga pernah merekrut tenaga expert. Dia berusaha membawa pengalamannya dari luar untuk langsung diterapkan di dalam perusahaan. Akibatnya, resisten karyawan tinggi, mengakibatkan outcome yang diharapkan tidak terjadi. Tak mau membuang waktu dan uang sia-sia, Robert mengaku, akan tetap menggunakan jasa pelatih bisnis. Ia dan bisnisnya harus bangkit untuk melawan tiga ‘hantu’ bisnis tadi.


ABOUT THE AUTHOR TOM MC IFLE

Dia pernah terpilih menjadi TOP 100 COACH in the World yang terbaik dan tercepat di Platinum Mentor Coach. Pada saat yang bersamaan, penyuka hobi travelling ini mendapat penghargaan Action Man Award Asia Pacific 2007 dan menjabat sebagai Head of Coach Indonesia. Menyandang berbagai sertifikasi dan award, yaitu Exclusive Master License Money Coaching Institute, USA, Master Coach Money Coaching pertama di Indonesia, dan Man of The Year Six of The Best versi Majalah ME Asia, dll.


Artikel : Link

Image : Google