Seorang mandor sedang memeriksa tiga orang tukang bangunan yang sedang bekerja. Tukang
yang pertama ditanya oleh sang mandor, ”Pak, Apa yang sedang bapak kerjakan?” Tukang
tersebut menjawab singkat, “Saya sedang menyusun batu bata, Den.” Demikian penjelasan
tukang pertama, persis seperti apa yang memang sedang ia kerjakan yaitu menyusun batu bata.
Sang mandor kemudian beralih ke tukang yang kedua dan ia pun mengajukan pertanyaan yang
sama, “Pak, apa yang sedang bapak kerjakan?” Kali ini jawaban sang tukang sedikit berbeda,
“Saya sedang membangun sebuah tembok, Den.” Bahkan tukang yang kedua inipun bisa
menjelaskan panjang dan tinggi tembik tersebut serta di mana ia mulai dan kapan ia selesai
membangunnya.
Terakhir, sang mandor menghampiri tukang yang ketiga dan kembali bertanya, “Pak, apa yang
sedang bapak kerjakan?” Maka tukang yang ketiga pun menjawab, “Saya sedang membangun
sebuah rumah yang sangat indah, Den.” Selain itu, tukang yang ketiga ini pun bisa menjelaskan
bentuk, ukuran dan warna rumah tersebut beserta bahan-bahan yang digunakan dalam
membangun rumah tersebut. Lebih dari itu, tukang ketiga ini pun mampu mengilustrasikan
aktivitas-aktivitas yang bakal terjadi di rumah tersebut. “Pokoknya, rumah ini nantinya sangat
bagus dan istimewa kalau sudah jadi, Den.”
Dari ketiga tukang tersebut, mana yang menurut Anda akan bekerja dengan lebih baik?
Jawabannya tentu saja tukang yang ketiga. Mengapa?
Apa yang membedakan tukang pertama, kedua, dan ketiga? Jawabannya adalah VISI.
Tukang yang pertama tidak memiliki visi. Baginya yang penting adalah mengerjakan apa yang
diperintahkan kepadanya yaitu menyusun batu-bata.
Tukang yang kedua sudah memiliki visi namun visi yang dimilikinya masih sebatas membangun
tembok.
Sebaliknya, Tukang yang ketiga memiliki visi yang sangat jelas mengenai seperti apa rumah
yang sedang dibangunnya itu. Bukan hanya itu, tukang yang ketiga ini pun menyadari
sepenuhnya bahwa dirinya merupakan bagian dari visi tersebut.
Sepintas perbedaan visi ini nampaknya tidak memberikan perbedaan. Toh, ketiga tukang
tersebut tetap bekerja dengan baik.
Namun bila diperhatikan dengan teliti, semangat, ketekunan, ketelitian, dan gairah dari ketiga
tukang di atas benar-benar berbeda
Tukang yang pertama memulai pekerjaan dengan mengeluh. Pada saat bekerja, ia mengerjakan
tugasnya tidak dengan sungguh-sungguh. Ketika batu-bata yang disusunnya kurang rapi, ia pun
tidak berusaha membetulkannya kecuali bila ia ditegur oleh sang mandor. Beberapa saat
sebelum waktunya pulang, tukang yang satu ini pun sudah membersihkan dirinya saat sang
mandor memberitahu bahwa jam kerja sudah selesai,maka tukang ini pun segera bergegas
meninggalkan tempat kerjanya.
Perilaku yang benar-benar berbeda diperlihatkan oleh tukang yang ketiga. Ia memulai
pekerjaannya dengan riang gembira dan penuh semangat karena ia sudah memiliki gambaran
mengenai keindahan rumah tersebut. Ia berusaha memasang batu bata yang disusunya serapi
mungkin. Seandainya terdapat batu bata yang kurang rapi susunannya maka ia pun segera
membetulkannya.
Selain itu, sebelum pulang, ia pun selalu menyempatkan diri memeriksa hasil pekerjaannya.
Karena itu, tidaklah mengherankan apabila tukang yang ketiga memberikan hasil kerja yang
lebih memuaskan dibandingkan tukang yang pertama.
“Vision without work is day dream, work without vision is a nightmare.” – Japanese Proverb.
Article source : Tina
Picture source : by google