Penghasilan dan pendapatan dari hasil bekerja, harus dimanajemen dengan baik dan benar. Ketika pengaturan keuangan seseorang dalam pemenuhan sehari-hari sudah baik, maka dipastikan bahwa orang itu, cerdas dalam penggunaannya. Orang sekarang cenderung sukar untuk mengatur pengeluaran daripada pemasukan. Hingga mudah sekali menemukan orang yang mengalami pemborosan, padahal sesungguhnya keuangannya sudah cukup dalam memenuhi keperluan setiap harinya.

Terkadang orang-orang yang mengalami masalah manajemen keuangan, selalu merasa resah dan khawatir dengan tidak adanya tabungan. Gaya hidup yang dinamis, mengakibatkan pengeluaran menjadi tidak terkontrol, hingga menimbulkan kekurangan uang hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Terlebih bagi masyarakat Indonesia yang memiliki indeks perencanaan keuangan cukup buruk. Dari survey literasi VISA awal tahun 2012 lalu, Negara kita hanya mendapat skor 26,7 berada pada urutan atau peringkat ke-27 dari 28 negara yang diteliti. Urutan ke 28 ditempati oleh Pakistan.

Kondisi ini tentu menjadi masalah serius bagi orang yang belum mampu mengatur dan memanajemen pengeluaran dan pemasukan pendapatannya. Keberhasilan dari seseorang yang mempunyai keahlian memanajemen keuangan akan mampu bertahan meski keuangan dalam situasi sulit. Keteledoran seseorang dalam hal mengatur pendapatan hasil kerja akan berdampak dari kekurangan dalam memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Ketidak kendalinya mengolah keuangan juga memicu pengeluaran yang berlebihan, hingga lalai untuk menabung untuk hari esoknya.

Padahal di negara ini sudah banyak lembaga keuangan guna membantu masyarakat dalam mengatur dananya. Tetapi adanya keterbatasan jangkauan serta pendidikan yang dimiliki masyarakat, membuat kerja lembaga keuangan belum maksimal. Hal tersebut dibuktikan dengan data dari catatan Bank Indonesia yang menunjukan bahwa sekitar 142 juta jiwa atau 60% penduduk kita masih belum mengenal betul lembaga keuangan yang ada. Bahkan setoran utang setiap bulan yang mencapai 13 juta merupakan 43% dari gaji bulanan. Perbandingan tersebut membuktikan bahwa keuangan kita sangat tidak sehat. Karena rasio yang baik tidak lebih dari 30%. Tak heran arus kas setiap bulan menunjukan data berada pada nilai minus.

Agar bisa minimalisir perilaku yang ceroboh dalam urusan keuangan, sebaiknya mengetahui hal-hal pemicunya. Cara praktis dan sederhana mengetahui kesalahan dalam hal pengelolaan uang, antara lain :

1) Lalai akan Tujuan

Lupa akan tujuan, pada dasarnya menjadi hal paling mengkhawatirkan dan dapat membuat  resah bagi seseorang yang akan memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, lalai akan tujuan menjadikan hidup tidak terarah dan mudah terombang-ambing dengan lingkungan sekitarnya. Termasuk dalam urusan pengeluaran dan pemasukan, harus memiliki rencana yang jelas dan terkonsep. Hakikatnya tujuan itu menjadi arah jalan menuju kesuksesan dari seorang yang benar-benar bertekad untuk mewujudkannya. Terlepas dari semua permasalahan, tujuan mengambil peran penting untuk mengatur dan menyusun berbagai keperluan yang harus dibeli sesuai perencanaan awal. Sehingga, akan menjauhkan seseorang dalam penggunaan uang yang tidak terkontrol.

2) Tidak mencatat data Pengeluaran

Data pengeluaran mempunyai pengertian bahwa salah satu kunci untuk membelanjakan dan mempergunakan uang dengan melihat rincian keperluan pada sebuah data. Jikalau seorang lupa untuk membuat data anggaran pengeluaran, yang terjadi pemenuhan kebutuhan yang tidak terkendali dan menjadikan nerasa pemasukan dan pengeluaran menjadi tidak baik atau tidak seimbang.

3) Kehilangan Skala Prioritas

Pengeluaran yang berlebih menjadi indikator dari seseorang yang telah kehilangan akan skala prioritas dalam memenuhi tiap kebutuhannya. Pendapatan akan cepat habis dengan membelanjakan barang atau jasa yang sekiranya kurang mendapatkan porsi prioritas utama. Hingga pada akhirnya, penyesalan setelah membeli produk yang ternyata bukan prioritas pertama. Pada kesalahan ini, seseorang dituntut untuk selalu mengutamakan skala prioritas tertingginya untuk membelanjakan secara bijak, efektif, dan tepat pada produk atau jasa yang diperlukan.

4) Komitmen yang Lemah

Komitmen dapat diartikan sebuah perjanjian pada diri sendiri atau pada orang lain, pada kesalahan fatal dalam rangka mengatur keuangan, komitmen yang lemah menjadikan seseorang mudah untuk terpancing atau tergiur promo, iklan, dan kemegahan hidup. Pada akhirnya menghabiskan pendapatan dengan pengeluaran yang berlebihan dan tidak melihat kebutuhan primer yang menjadi skala prioritas pertama dan utama.

5) Mengolah Keuangan Hanya Jangka Pendek

Mengatur keuangan harus mengedepankan masa depan dibandingkan hanya memikirkan jangka pendek saja. Kebiasaan menginvestasikan dalam jangka pendek, akan mengakibatkan seseorang terlena dan melalaikan jangka panjang yang menjadi ujung dari sebuah karir, kehidupan, dan pekerjaan. Kesalahan mengatur keuangan pada poin ini, harus segera dihindari serta berplkir lebih kedepan akan masa mendatang. Sehingga akan mudah mengalokasikan investasi dalam jangka panjang atau jangka pendek.

6) Mengikuti Teman untuk Membeli Suatu Produk Investasi

Persahabatan dan pertemanan tentu memberikan stimulus rasa nyaman dalam bersosialisasi, tetapi jikalau seseorang membelanjakan banyak uang untuk berinvestasi hanya karena mengikuti teman atau sahabat akan fatal kerugian yang didapatkan. Sesuaikan dengan tujuan dan skala prioritas dalam berinvestasi, visi dan misi hidup harus dipegang teguh, serta komitmen akan tujuan dapat mengurangi pengeluaran yang berlebihan dan tidak terkontrol.

7) Menggunakan Asuransi Hanya Karena Kenal Penjualnya

Memiliki asuransi menjadi hal yang paling diidamkan banyak orang, akan tetapi hindari menggunakan asuransi tertentu, karena kenal dengan penjualnya, baik itu teman, sahabat, sanak saudara, dan anggota keluarga. Memenuhi kebutuhan asuransi harus berpegang erat akan asas skala prioritas, tujuan, dan keseimbangan pengeluaran dan pemasukan dari penghasilan kerja. Jika hanya membeli asuransi, karena kenal agen atau penjualnya, dapat membahayakan pengeluaran yang berlebihan dan sia-sia. Sehingga kedepankan komitmen untuk membelikan berbagai kebutuhan atas dasar skala prioritas pertama.

8) Menjadi Investor Tanpa Belajar

Investor merupakan pihak yang memberikan dana segar pada suatu bisnis atau usaha, tetapi menjadi seorang investor tanpa melalui banyak belajar dan pengalaman, hanya akan mengantarkan kejurang kerugian. Kesalahan ini, menjadi seorang gegabah untuk menjual asetnya, disaat terjadi masalah perekonomian atau tersangkut masalah besar. Padahal dengan bermodalkan wawasan dan pengalaman, kesalahan seperti ini bisa ditanggulangi dan pengeluaran masih bisa di kontrol, serta menyelamatkan asetnya.

Ke-8 kesalahan fatal dalam hal mengatur keuangan diatas, menjadi salah satu penyebab dari seseorang akan kelalaian untuk memanejemen pendapatan dan pengeluaran. Setelah mengetahui kesalahan-kesalahan tersebut, akan semakin menambah kesadaran untuk selalu mengutamakan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan dan tentu menabung untuk hari esok dan selanjutnya. Perilaku baik menjadi investasi besar dalam hal menjaga kestabilan antara pemasukan dan pengeluaran pada neraca keuangan. Higga pada akhirnya, menjadi kebiasaan baik untuk menyisihkan uang untuk masa depan.

 

Salam pencerahan,

Tom MC Ifle




Article : Link

Image : Google